Jumat, 23 September 2016

Pagi Akan Segera Datang, InsyaAllah


Ketika cahaya matahari memudar dan langit berlahan-lahan menjadi gelap

Cahaya rembulan pun tak cukup untuk menyinari kegelapan dari perginya matahari

Tak ada cara lain selain berusaha mencari cahaya untuk menerangi

Tapi apa yang terjadi

Gelap terasa semakin gelap

Terlebih awan hitam menutupi langit saat ini

Tak sampai disitu saja, awan hitam membawa tangisan yang kurasa bencana tapi bisa jadi rejeki

Gelap ini melelahkan
Gelap ini menjemukan
Gelap ini menakutkan seakan tak berujung
Ingin gelap ini berakhir

Namun
Tak jua kunjung datang sang mentari

Malam

Kita menyebut ini malam

Tapi taukah
Gelap tak pernah gelap
Rembulan, kunang-kunang dan petir sekalipun akan menemani

Walaupun malam, pasti akan tetap ada cahaya

ALLAH ciptakan malam dan siang
ALLAH janjikan kemudahan dalam setiap kesulitan

Seperti saat ini

Saat ini terasa seperti malam yang tak berujung

Namun percayalah akan janji ALLAH
InsyaAllah akan datang pagi itu

Malam ini akan berujung kawan
Percayalah mentari segera datang
Dan sinar pagi akan memecah kegelapan ini
Kita pun akan bersuka cita dengan datangnya pagi

***
Teruntuk sahabat-sahabat kami yang menantikan pagi nya datang.
Kami kan selalu ada dalam gelap dan terang, dalam siang dan malam.
Pagi akan segera datang, InsyaAllah

Sabtu, 17 September 2016

Kisah Di Lampu Merah


Cerita yang mau gue share ke kalian mungkin udah hal umum yang sering kita liat sehari-hari. Seringlah kita setiap berenti di lampu merah bakal dihampiri sama tukang jual koran. Biasa banget kan. Kalo anak-anak yang jual pun udah biasa juga. Dan pastinya banyak dari kita yang sering tidak memperdulikan mereka ya kecuali kita emang mau beli korannya, termasuk gue. Lebih lebih lagi, gue adalah tipikal bukan pembaca koran lebih ke pembaca socmed dan penonton berita gosip hha.

Jadi suatu pagi di perjalanan menuju RS Adam Malik Medan, di salah satu dari beberapa lampu merah yang gue lewatin banyak penjual koran, dari anak muda sampai ibu-ibu ataupun bapak-bapak. Seperti yang gue bilang tadi, kalo gue bukan pembaca koran jd ya gue apatis aja, tapi entah berbeda dengan hari itu. Mobil alias si Bebi BRZ di dekatin sama anak kecil yang gue rasa umurnya seumuran ponakan gue yang kedua, si Imad, sekitar 4 atau 5 tahun. Anak kecil itu ngingetin gue sama si Imad.

Terus lo beli ai korannya?
Enggak pada saat itu

Saat itu gue diam aja sambil menunjukkan isyarat dengan tangan ke dia kalo gue gk beli. Setelah itu dia ke trotoar dan sambil dengan gaya anak kecil yang masih suka main-main dia natap roda mobil, mungkin sambil membayangkan roda itu sebagai mainannya dan memainkan tangannya seolah-olah dia memutar roda mobil. Disitu gue miris ngeliatnya, ya gue akui karena gue kayak membayangkan Imad jualan koran. Di sekitar dia ada ibu-ibu paruh baya, gue menduga itu ibu dia.

Setelah kejadian itu gue mikir balik apalah arti uang seribu buat gue yang mungkin karena strata dalam uang kertas dia paling kecil, jadi dipandang sebelah mata ataupun diabaikan kecuali saat-saat tertentu. Dan gue teringat perkataan

"Carilah selalu alasan untuk membeli dagangan pedagang asongan ataupun penjual koran. Karena mereka bukan meminta, mereka sedang berusaha jadi dukung usaha mereka"

Yaa karena gue melalui jalanan yang sama buat ke RS setiap hari. Gue pasti bakal ketemu sama penjual-penjual koran di tiap lampu merah. Takdir mempertemukan gue kembali sama anak itu. Anak yang membuat gue berpikir banyak sekaligus bersyukur dengan nikmat yang diberikan Allah.

Anak itu kembali berjalan membawa tumpukan koran di tangannya yang kecil dan menghampiri mobil gue. Tidak seperti dulu gue memberikan sinyal tidak membeli dengan tangan, kali ini gue buka kaca dan membeli koran anak itu. Pada saat itu gue memberikan uang selembar lima ribuan sementara harga koran itu satunya seribu.
Anak itu mengambil uang gue dan memberikan satu koran. Pada saat itu ada ibu nya juga disitu. Ibunya melihat anaknya berhasil menjajakan koran langsung berlari ke arah mobil gue dan melihat uang berapa yang diberikan pada anak itu dan tergopoh-gopoh mencari kembalian. Spontan pada saat itu gue tersenyum sambil ketawa kecil (bayangin aja sendiri gimana itu ya hahah) sambil bilang sama ibunya udah bu gpp dan langsung jalan karena lampu udah hijau.

Yang bikin gue ketawa adalah keluguan dan kepolosan anak itu. Dia bahkan belum tau berapa nominal uang dan cara berhitung. Yang dia tau tumpukan koran itu harus dijual. Dijual itu artinya korannya diambil orang dan orang memberikan dia lembaran kertas yang disebut uang. Uang itu yang dipakai ibunya buat menghidupi mereka.

Miris...

Saat Imad ataupun anak-anak lain seusianya masih tertidur dalam pelukan ibu nya atau berselimutkan selimut yang lembut untuk menghangatkan dari dinginnya AC, dia harus berangkat subuh-subuh ikut ibunya mengambil koran dan merasakan dinginnya pagi.

Ketika yang lain sedang sarapan sambil menonton Upin Ipin ataupun bermain mobil-mobilan, dia mungkin masih menahan lapar sambil menonton kemacetan lalu lintas di pagi hari karena jam-jam orang berangkat adalah waktu yang ramai untuk berjualan.

Saat seusianya bermain dirumah ataupun disekolah belajar dan bermain bersama teman-teman, dia bertemankan debu, panas matahari dan asap kendaraan bermotor sampai siang ataupun sore.

Saat anak-anak lain merengek pada orang tua nya untuk membelikan gadget buat main games, mungkin dia hanya bisa merengek pada ibu nya untuk menyudahi berjualan yang dia tau itu tidak mungkin.

Anak-anak lain bermimpi jadi dokter, insinyur, artis, tentara, polisi, guru, pengusaha dll, dia hanya berharap bisa makan, tidur enak dan berhenti jualan setiap hari.

Beberapa anak yang beruntung hidup nyaman tapi malas untuk ke sekolah, tapi bagi dia 'sekolah' adalah kata yang susah, susah dibayangkan.

Cerita diatas gue dapat dari tumpukan draft di blog, tulisan sekitar awal tahun 2015. Gue baru baca tulisan ini lagi tadi dan jadi ingat buat melanjutkan.

Kita gk harus membuat gebrakan besar, bayarin uang sekolah, ngadain galang dana, bikin LSM yang bergerak dibidang itu atau hal-hal lainnya karena itu sulit kalo memulainya sendirian (kalo bisa dilakuin lebih mantap lagi!).

Tapi kita bisa membuat gerakan kecil dan simple namun yaa cukup mendukung mereka, sesederhana membeli jualan mereka dan melebihkan seikhlasnya.

Harta yang sejati bukan nominal di bank ataupun tumpukan emas yang kita simpan, harta sejati harta kita di akhirat bukan di dunia.

Where Should I Go?


Terlalu lama bahkan kelewat keterlaluan untuk sebuah hiatus. Antara lupa cara memulai atau memilih melupakan blog ini.

Berbulan sampe berganti tahun tulisan disini gk diupdate dari masih jadi anak koas sampe udah bergelar Dokter (Dokter belum bersurat izin praktek).
Alhamdulillah

Banyak cerita yang rencana, yaaa masih rencana bahkan masih seputaran di kepala yang mau ditulis. Gk mau PHP kayak kemarin-kemarin bilang bakal update bakal update yang taunya tahun ganti dulu baru update dan gk dipenuhi pula tuh janjinya. Hha.

Jadi kenapa ai tiba-tiba buka blog lagi dan mulai nulis? padahal di awal tadi lu bilang udah males nulis lah udah mau say goodbye bahkan.

Mmm, apa semua pertanyaan harus ada jawaban. Tsaahhhh.
Gini-gini pernah gk sih kalian tuh mau cerita mau nulis cerita ataupun ide di kepala kalian? Kalo lagi hot hot nya pengen di share aja kan bawaannya. Nahh gue lagi ngerasain itu. Kalo gue share di Line dikira curhat, di instagram sok sok pasang foto yang gk berhubungan ama captionnya dibilang norak, bikin cerita panjang di path dikira gue alay nanti, jadilah gue buka si blog 'Reminder' ini.

Jadi ini yang mau gue ceritain...

Berawal dari ke-random-an kemarin malam. Mungkin hari yang semakin dekat ke masa-masa internship namun gue gk kunjung mendapatkan ketetapan mau dimana atau apa yang mau gue cari dari internship ini, jadi bikin gue speak up dan mulai mencoba berpikir serius tentang itu.

Ohh iya, internship ini adalah tahapan selanjutnya buat para lulusan dokter yang baru lulus kek gue buat dapetin izin praktek, yaa sederhananya gitulah. Internship ini bakal dijalanin 1 tahun dan ditempatkan di wahana wahana yang udah disediakan. Nantilah yaa penjelasan lebih jelas tentang internship.

Jadi milih internship ini menggalaukan buat gue. Buat orang lain juga sih gue rasa. Cuman masalahnya gue belum bisa menetapkan mau gue kemana, apakah balik ke tempat yang sedekat mungkin ama rumah di Jakarta atau di sekitaran Medan atau mencoba pulau lain.

Dulu jaman koas kalo ditanya pasti jawabnya sedekat mungkin ama Jakarta pengen dekat sama orang tua. Pengen menikmati waktu-waktu bersama orang tua gue. Itu tertanam di pikiran gue. Sebisa mungkin mau dekat biar bisa jaga dan nemenin Papa sama Mama. Anak Papa Mama yang masih stay di rumah masih ada sih Abang gue yang ketiga, tapi ya pada akhirnya dia bakal pindah juga kan. Makanya gue pengen sebisa mungkin dapet tempat internship yang dekat ke rumah yang bisa Pulang Pergi tiap hari ataupun seminggu sekali balik lah kalo gk.

Terus gue cerita-cerita ama temen gue, Kak Ivo. Doi dapet di daerah padang. Tempat dia agak pedalaman jadi dia bilang happy banget bisa merasakan suasana desa adem sejuk dan kata kata lainnya yang bikin gue mupeng hha. Dan dia bilang " Kakak juga mikirin orang tua kakak yang makin tua. Tapi kakak mikir kapan lagi bisa merantau menjelajahi daerah-daerah yang belum pernah kita datangi sebelum menikah. Kalo udah menikah manada cerita. Lagian ini cuman setahun kok"
Agak-agak terciprat bensin nih semangat menjelajah yang sempat dikubur. Jadi pengen ke Sulawesi, Sumbawa, Lombok, pokoknya daerah timur karena terhasut cerita senior senior tentang wisatanya. Atau malah jadi pengen ke daerah-daerah jawa yaa keknya dekat kan ke jakarta tapi suasana beda.
Ditambah pas cerita sama Mama dan jawabannya "iyaa gpp kalo gk dapet dekat rumah, Ai di Medan atau di sumatera atau di jawa, cuman setahun kok. Ai kan udah lewatin 6 tahun. Sikit lagi sampe ai balik ke jakarta. Tapi janganlah jauh jauh kali, cari yang gampang akses dan ada saudara".

Memang bukan kalimat persetujuan langsung 'pergilah kemanapun' dan jauh dilubuk hati terdalam pasti maunya dekat ya kan tapi gue jadi semakin terbuka berpikir pilihan-pilihan lainnya.

Di Medan sendiri ada pertimbangan khusus. Alhamdulillah disini ada rejeki ngajar. Makanya beberapa bulan setelah kelulusan gue masih wara wiri Medan-Jakarta dan secara gue udah 6 tahun di Medan pasti udah nyaman lah. Temen-temen sejawat, TBM kesayangan, disini juga sodara gue rame jadi wajar juga nyokap prefer gue di Medan daripada di tempat lain yang gk ada kenalan atau sodara.

Tapi hati masih meragu
Masih ingin menjelajah
Masih pengen nyoba hal hal baru
Nyoba lingkungan baru
Beranjak dari comfort zone
Menambah kenalan dan teman teman baru

Kalo gue cerita sama senior senior pasti dibilang, "Tetapkan dulu ai prioritas yang kau cari buat internship apa? Wisata? Pengalaman? Belajar? Duit? Santai? Dekat rumah? Yaa pikirkanlah"

Kayaknya gampang kan menetapkan itu, tapi buat gue memilih gitu mengurutkan prioritas itu SUSAH & GALAU. Kalo yang udah kenal gue tau banget jangan pernah suruh si ai milih. Pada akhirnya MPE gue akan berusaha menggabaikannya dan memilih pura pura tidak memikirkannya. Well...

Sampai kemaren malam gue tiba-tiba membahas sama temen gue secara random. Gue yang mulai cerita kegalauan gue dan sebenarnya gk berharap jawaban. Tapi malam itu gue mulai menemukan pilihan prioritas apa yang gue cari di internship ini.

Ada perkataan temen gue yang nyangkut di otak.
"Permintaan Mama mu kan udah jelas, itu mau Mama mu loh dan gk ada ruginya kau ikutin. Kalo gk dapat ya berarti bukan jalanmu kalo dapat yaa nikmatin aja. Apapun yang kau dapat nanti nikmatin aja"

Pas dirumah gk sengaja nemu foto quote .

"Beautiful things happen when yo do something you Love"

Gue kirim quote itu sama temen gue tadi tanpa kata-kata tambahan atau penjelasan lainnya. Gak berapa lama dia balik kirim foto isinya Al-Quran Surah Al-Baqarah Ayat 216.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, boleh jadi (pula) kamu  menyukai sesuatu padahal ia amat buruk buatmu"
(Q.S. Al-Baqarah:216)

Yang intinya
"Sesuatu yang kau anggap baik belum tentu baik disisi Allah"

Belum sempat gue bales dia langsung bilang, " SKAK MAT! karena aku tau tujuan dan maksudmu kirim gambar quote  itu makanya aku kirim gambar yang ini. Apa yang kau terima nanti ya nikmati aja. Apa yang diminta orang tua mu ya coba aja mungkin memang itu jalannnya"

Hanya Allah yang tau kemana kaki gue bakal melangkah nantinya. Ilmu Allah tiada batasan, ilmu manusia yang pendek, Allah jauhhh melihat kedepan sementara manusia hanya melihat yang di depan mata.

Kisah ini belum menemui ending ceritanya memang. Ending kemana akhirnya gue internship tapi sedikit banyak gue mulai bisa melihat lebih terbuka, terbuka bukan pada keinginan diri gue semata serta meneguhkan hati dan mempercayai bahwa Rencana Allah yang paling indah.
InsyaAllah

Sabtu, 25 April 2015

Kisah Di Lampu Merah


Cerita yang mau gue share ke kalian mungkin udah hal umum yang sering kita liat sehari-hari. Seringlah kita setiap berenti di lampu merah bakal dihampiri sama tukang jual koran. Biasa banget kan. Kalo anak-anak yang jual pun udah biasa juga. Dan pastinya banyak dari kita yang sering tidak memperdulikan mereka ya kecuali kita emang mau beli korannya, termasuk gue. Lebih lebih lagi, gue adalah tipikal bukan pembaca koran lebih ke pembaca socmed dan penonton berita gosip hha.

Jadi suatu pagi di perjalanan menuju RS Adam Malik Medan, di salah satu dari beberapa lampu merah yang gue lewatin banyak penjual koran, dari anak muda sampai ibu-ibu ataupun bapak-bapak. Seperti yang gue bilang tadi, kalo gue bukan pembaca koran jd ya gue apatis aja, tapi entah berbeda dengan hari itu. Mobil alias si Bebi BRZ di dekatin sama anak kecil yang gue rasa umurnya seumuran ponakan gue yang kedua, si Imad, sekitar 4 atau 5 tahun. Anak kecil itu ngingetin gue sama si Imad.

Terus lo beli ai korannya?
Enggak pada saat itu

Saat itu gue diam aja sambil menunjukkan isyarat dengan tangan ke dia kalo gue gk beli. Setelah itu dia ke trotoar dan sambil dengan gaya anak kecil yang masih suka main-main dia natap roda mobil, mungkin sambil membayangkan roda itu sebagai mainannya dan memainkan tangannya seolah-olah dia memutar roda mobil. Disitu gue miris ngeliatnya, ya gue akui karena gue kayak membayangkan Imad jualan koran. Di sekitar dia ada ibu-ibu paruh baya, gue menduga itu ibu dia.

Setelah kejadian itu gue mikir balik apalah arti uang seribu buat gue yang mungkin karena strata dalam uang kertas dia paling kecil, jadi dipandang sebelah mata ataupun diabaikan kecuali saat-saat tertentu. Dan gue teringat perkataan
"Carilah selalu alasan untuk membeli dagangan pedagang asongan ataupun penjual koran. Karena mereka bukan meminta, mereka sedang berusaha jadi dukung usaha mereka"

Yaa karena gue melalui jalanan yang sama buat ke RS setiap hari. Gue pasti bakal ketemu sama penjual-penjual koran di tiap lampu merah. Takdir mempertemukan gue kembali sama anak itu. Anak yang membuat gue berpikir banyak sekaligus bersyukur dengan nikmat yang diberikan Allah.

Anak itu kembali berjalan membawa tumpukan koran di tangannya yang kecil dan menghampiri mobil gue. Tidak seperti dulu gue memberikan sinyal tidak membeli dengan tangan, kali ini gue buka kaca dan membeli koran anak itu. Pada saat itu gue memberikan uang selembar lima ribuan sementara harga koran itu satunya seribu.
Anak itu mengambil uang gue dan memberikan satu koran. Pada saat itu ada ibu nya juga disitu. Ibunya melihat anaknya berhasil menjajakan koran langsung berlari ke arah mobil gue dan melihat uang berapa yang diberikan pada anak itu dan tergopoh-gopoh mencari kembalian. Spontan pada saat itu gue tersenyum sambil ketawa kecil (bayangin aja sendiri gimana itu ya hahah) sambil bilang sama ibunya udah bu gpp dan langsung jalan karena lampu udah hijau.

Yang bikin gue ketawa adalah keluguan dan kepolosan anak itu. Dia bahkan belum tau berapa nominal uang dan cara berhitung. Yang dia tau tumpukan koran itu harus dijual. Dijual itu artinya korannya diambil orang dan orang memberikan dia lembaran kertas yang disebut uang. Uang itu yang dipakai ibunya buat menghidupi mereka.

Miris...

Saat Imad ataupun anak-anak lain seusianya masih tertidur dalam pelukan ibu nya atau berselimutkan selimut yang lembut untuk menghangatkan dari dinginnya AC, dia harus berangkat subuh-subuh ikut ibunya mengambil koran dan merasakan dinginnya pagi.

Ketika yang lain sedang sarapan sambil menonton Upin Ipin ataupun bermain mobil-mobilan, dia mungkin masih menahan lapar sambil menonton kemacetan lalu lintas di pagi hari karena jam-jam orang berangkat adalah waktu yang ramai untuk berjualan.

Saat seusianya bermain dirumah ataupun disekolah belajar dan bermain bersama teman-teman, dia bertemankan debu, panas matahari dan asap kendaraan bermotor sampai siang ataupun sore.

Saat anak-anak lain merengek pada orang tua nya untuk membelikan gadget buat main games, mungkin dia hanya bisa merengek pada ibu nya untuk menyudahi berjualan yang dia tau itu tidak mungkin.

Anak-anak lain bermimpi jadi dokter, insinyur, artis, tentara, polisi, guru, pengusaha dll, dia hanya berharap bisa makan, tidur enak dan berhenti jualan setiap hari.
Beberapa anak yang beruntung hidup nyaman tapi malas untuk ke sekolah, tapi bagi dia 'sekolah' adalah kata yang susah, susah dibayangkan.

Selasa, 09 September 2014

Percakapan 6 Tahun Kemudian


Maaf ya readers karena jarak post kemarin dengan yang sekarang jauh, padahal berkesinambungan ceritanya.
Oke mari kita lanjut pembahasannya.

6 tahun kemudian...

Bertempat disebuah kamar jaga, dikala menunggu visit, timbullah percakapan random tiga anak koas  tentang masa depan.

A1: Aku gk terlalu pengen berkarir ke daerah. Aku mau di sini aja. Terus aku pengen jd dosen.

A2: Aku pengen ke daerah buat pengalaman tapi kalo menetap aku mikir-mikir. Pengen balik ke tempat kelahiran. Kalo kau?

A3: Aku gk masalah mau di daerah pun jadi, di kota pun jadi, tp lebih prefer ke daerah karena menumpuk dokter itu di kota.

A1: Aku merasa kalo didaerah pengetahuan itu kurang update.

A3: Belum tentu, sekarang kan jaman udah canggih bisa update selama kita mau banyak medianya. Lagian itulah gunanya ikut seminar-seminar.

A1: Takutnya kalo didaerah gk da pembanding, jd cepat merasa puas. Di kota pengetahuan dan alat lebih update.

A3: Tapi bertumpuk semua di kota. Kau spesialis pun payah kalo di kota.

A2: mmm, sebenarnya gk masalah mau memilih yang mana. Dulu aku pernah dengar entah peribahasa atau kalimat bijak. Kau mau memilih jd apa? Ikan besar di kolam atau ikan kecil di samudra. Semua itu kita yg milih. Silahkan mau memilih menjadi ikan besar yang menguasai kolam dan memberi pengaruh di kehidupan kolam itu atau menjadi ikan kecil yg menjelajahi dan melihat isi samudra, walaupun ada atau tanpa dia samudra akan tetap sama. Semua terserah kita.

A1: ngak bisa aku jd ikan besar di samudra?

A2: bisa. Kalo kau berusaha, ya tapi butuh proses kurasa.

A1: aku harus jadi tua baru bisa menjadi besar berarti?

A3: ngaklah. Jadilah spesies ikan yang langka di samudra, mau besar ataupun kecil, akan tetap dicari  dan memberi pengaruh di samudra. Jangan jadi spesies kebanyakan yg ada di samudra, be special.

Yg dimaksud dengan si A3, ambil sesuatu yang berbeda dari kebanyakan orang. Bukan menjadi freak biar berbeda. Tapi pandailah dalam memilih jalan. Kalo gue nyontohin kalo ada spesialis urologi jadilah spesialis urologi wanita misalnya yg jarang, atau kalo ada spesialis rambut, jadilah spesialis rambut kering bercabang sembilan, kira-kira gitulah pointnya.

Atau kalo kita mengambil pemikiran A2, bisa aja setelah menjadi besar di kolam, ikan besar baru berangkat ke samudra, dengan harapan dia akan lebih kuat menjelajahi dan memberi pengaruh ke sekitar. Atau dia langsung berenang di samudra dan berusaha menjadi besar disitu.

Mau jadi ikan apa dan dimana itu terserah kita, yang jelas semuanya harus berusaha. Kalo kamu lahir jd orang biasa itu bukan salah siapa siapa, tapi kalo kamu meninggal menjadi orang tak berguna itu salahmu.

Tidak ada yang salah bagi gue sih. Karena ini pilihan. Ada yg cukup dengan kolam ada yg ingin melihat samudra. Semuanya kembali ke hasrat masing-masing.

Dua postingan ini bukan cuman untuk anak kedokteran, tapi untuk semua kalangan. Coba melihatnya dari segala sudut pandang.

*mungkin percakapan diatas kata perkatanya tidak sama, tapi seperti itulah intinya.

Tulisan 6 Tahun Yang Lalu


Ini adalah sebuah tulisan yg ditulis oleh ai di umur 17 tahun *sepertinya. Tulisan ini di post di sebuah blog bersama 4sahabat, kalau tidak salah nama blognya 5bintang dan Ipi itu sebut saja nama pena gue disana.

Kenapa tiba tiba gue pengen menshare tulisan ini karena kemarin tanpa sengaja gue mengambil perumpamaan ini pas cerita bareng temen coass. Tapi next post aja ya gue nulis apa yg membuat gue mengeluarkan kalimat ini. Gaya penulisannya masih jaman SMA jd mohon dimaklumi, sengaja gk diubah ;)

Rabu, 2008 September 24

Ikan Koi dalam Kolam
hy guys...gmana nh kabar rapot bayangan kalian? kebakaran? disirem aja.hhe
bc judul post w di atas? iya kali ini w akan membahas apa saja kegiatan ikan koi dalam kolam selama bulan puasa. gimana cara dia sahur,taraweh dan buka puasa.*ya gk lah!
ada yg pernah baca buku Muka Marketplace Boy?nah judul post kali ini w ambil dr salahsatu bab d buku itu.
ikan koi itu ibarat w. waktu w kecil mungkin kolam menjadi sangat luas untuk dijelajahi tp waktu koi udah dewasa kolam itu terasa sempit dan koi butuh tempat mgkin k samudra.*kata2 yg ada di MMB
Menurut w, w akan menjadi koi yg akan tetap memilih untuk di kolam. kdngrannya w gk mau berkembang yah. tp yg w pkirkan adlh ketika lu menjadi koi d kolam. hal kecil yg lo lakukan akan menjadi berarti. di kolam itu lu bisa membuat perubahan. walaupun hanya dkolam, sdngkn d samudra, lo terlalu letih tuk menjelajahi dan mgkin yg lo lakukan menjadi tdk berarti. yg bagus sih emg menjadi koi besar yg dpt menguasai samudra. 
but its hard right?like what aca said samudra itu terlalu luas. koi butuh bekal yg cukup. perlu bnyak belajar untuk siap berenang d samudra.w setuju bgt!
nah, maksud w lebih baik lu menjadi koi dalam kolam yg telah membuat perubahan, menguasai ilmunya, udah siap dan lo udah mencari tau ttg samudra. ketika lo ngrasa this time to move out. silakan berenang k samudra.
tp ada loh yg tetap memilih untuk menjadi koi d kolam. krn menurut dia ekosistem kolam lebih membutuhkn dia. lo liat aja org2 yg bekerja untuk sekitarnya. membangun desanya. menciptkan usaha untuk menarik tenaga kerja atau relawan yg k pedalaman like butet manurung.
w sendiri masih menjadi koi kecil dalam kolam. msi belajar dan blm memberikan apa2.
kalo menurut kalian gimana?dan kalian masuk k ikan koi apa?tell me oke.
-IPI-

Sabtu, 28 Juni 2014

Marhaban Ya Ramadhan


Assalamualaikum ya akhi ya ukhti
Ini postingan versi ramadhan. #sehh

Baru kemaren rasanya gue wisuda ehhh sekarang udah ramadhan aja. #gubrag
Perbandingannya agak gk pas yah. Orang biasanya bikin kalimat, rasanya baru kemaren lebaran ataupun puasa ehh udah ketemu lagi ma ramadhan. Lah ini malah moment wisuda, tapi beneran kerasanya itu waktu berjalan cepat ya.

Kita sudah di start awal perjalanan ramadhan rasanya kurang lengkap kalo gk memohon maaf. Untuk itu gue mohon maaf lahir dan batin untuk semua perbuatan dan perkataan yang disengaja maupun tidak. Semoga kita dapat beribadah maksimal di bulan penuh berkah ini dan meraih kemenangan di garis finish alias lebaran nanti. Amin

Puasa kali ini beda dengan puasa sebelum sebelumnya, ini kek jamannya gue baru semester satu di FK USU, puasa jauh dari rumah. Nasib nasib nasib anak rantau beginilh. Mudah mudahan jauh dimata tapi dekat dihati. Asekkk. Selain itu beda status, bukan masalah status single menjadi double atau taken atau apalah tapi dulu mahasiswa sekarang koas, bukan merasa lebih keren tapi berarti nambah waktunya wak bukan dari pagi ke siang aja nambah lagi malam karena ada jadwal jaga. Sukur sukur kalo dapat stase yg sibuk alias banyak pasien dan kerjaan ya jadinya bonus lebih capek. Tetap disyukuri aja. Dimanapun berada apapun kegiatannya ramadhan itu selalu membawa berkah. Amin

Malam ini taraweh pertama, seluruh insan menyambut dengan suka cita dan semangat. Kalo gue bilang jamaah ruameeenya ampe tumpeh tumpeh, maksudnya yg shalat ampe ke pelataran masjid. Sayangnya kalo udah pertengahan udah mulai sibuk bukber alias buka bareng jd mulai shalat dirumah. Akhir akhir pada sibuk pulang kampung. Alhasil makin ke penghujung makin berkurang shaf shalat nya.

Waktu ceramah tadi, ustad nya bilang ini ramadhan terspektakuler menurut beliau.
Why? Kenapa yaa...
Karena inilah ramadhan yang didalamnya ada PILPRES dan PIALA DUNIA.
Bener juga yang beliau bilang, dua event itu ada di dalam ramadhan kali ini. Menurut beliau, bukan cuman calon aja yang berdebat masyarakat pun ikut berdebat membahas siapa yang pantas jadi RI 1. Nanti pas siap pemilu pada sibuk nonton quick count. Kejadian yang hampir sama terjadi karena euforia piala dunia, sibuk pen nonton piala dunia jd tinggal taraweh gk tadarusan juga, ngantuk begadang jadinya gk sahur, alhasil gk puasa. Lebih parahnya lagi kalo sampe taruhan. Hilang sudah kemuliaan bulan ramadhan ini.

Pas denger itu gue ampe mesem mesem sendiri, iyaa juga bener yang beliau bilang dan itulah memang yang terjadi di masyarakat.

Semoga kita masih menjadi orang orang yang istiqamah sampai di akhir. Amin

Ohh iya senin gue udah masuk minggu 12 di interna yang artinyaaa minggu ujian. Aaaa~~~ belajar masi sikit kaliiiii kaliiiii kaliiii. Huhuhu mana menurut perhitungan minggu kami ini bakal dapat penguji yang lumayan hemmm. Semogalah siapapun pengujinya dan apapun kasus pasiennya, gue lulus dengan nilai yang bagus. Amin. Doain yaaa *entah siapa pun yang baca ini tulisan*

Udah lah sekian dulu post kali ini, td nulis ini karena belum ngantuk ini mata udah kriyep kriyep, enak keknya tidur dulu baru kalo bangun kita belajar (kalo ya kalo).

Anyway, udah buat target buat ramadhan? Bikin yokkk, gue juga belum sih. Pengennya buat biar lebih semangat dan on fire. Hho

Night all
Janga lupa niat puasa yo
Wassalamualaikum

Live Traffic Feed

Mengenai Saya

Foto saya
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPN VJ) 2009 dan sekarang menjadi mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) 2010. seorang pemimpi yang sedang berusaha mewujudkan semua impiannya.

My Followers