Rabu, 19 Oktober 2011

Don't Ever Play As GOD !


Kemarin gue kuliah BHP sama dr. Ibnu. Ada beberapa hal yang dari perkataan dia selama kuliah yang membekas di gue #esssehhhh. Ini beberapa kutipan-kutipan kalimat yang dia bilang

Pertama,

"don't ever play as god"

Yang kalo kita indonesiakan secara mentah mentah menjadi "jangan pernah bermain sebagai Tuhan". Kalimat ini tuh tercetus karena topik pas kuliah tuh Euthanasia. Kalo kita aplikasikan ke topik kuliah kemaren, jangan pernah bermain sebagai Tuhan yang menentukan hidup atau mati seseorang. Karena kita bukan Tuhan yang berhak untuk melakukannya.

Gue jadi teringat seorang kerabat dekat sangat dekat yang divonis ca mammae stadium 3B dan saat itu dokter yang mendiagnosa dengan simpelnya bilang 'kalian bawa pulang aja, kasi makan enak, kalian senang-senangin umurnya gk lebih dari 3 bulan lagi' wew, You think you god! but sorry you're not! dia tetap survive 6 tahun.

Menjadi dokter terkadang membuat lo lupa akan suatu Dzat (Allah) yang bekerja diatas. Ya memang menurut ilmu pengetahuan dari prognosis kita bisa menentukan bonam atau malam kah suatu penyakit, tapi bukan tugas kita emnentukan umur seseorang.

Tadi sempat terjadi percakapan antara gue dan si nci via bbm, si nci nanya pendapat gue 'gimana kalo lo tau prgonosis orang terdekat lo itu malam tapi dia gk tau karena dokternya bilang gk papa kok'. Keluarlah kalimat don't ever play as god.

ai: Memang sedih nci kalo orang terdekat lo kena penyakit dan lo sebagai seorang calon dokter tau prognosisnya, sedih berat semua campur aduk. Tapi jangan pernah jadi Tuhan, jangan pernah menghancurkan semangat seseorang untuk sembuh, yang mesti lo lakuin menyuport dan berusaha maksimal mungkin.

nci: tp sebenernya di dalam hati lo tetap bermain sebagai Tuhan gk sih. lo suport tp lo tau kemungkinannya

ai: gue lebih menyebutnya menunggu jawaban nci. Ketika lo menyuport, berusaha maksimal dan berdoa untuk yang terbaik, sebenernya yang ditunggu adalah jawaban dari Tuhan

Memang gue hanyalah mahasiswa kedokteran yang belum pernah menghadapi posisi sebagai dokter yang harus mengatakan berita buruk. Tapi, ingatlah teman ketika kau berada di posisi yang mengharuskan lo mengambil keputusan "don't ever play as god"


Kalimat Kedua,

"Jika Tuhan menghendaki anda sembuh, maka dia akan bekerja melalui pikiran dan tangan saya"

Mungkin itu kalimat biasa aja, tapi gue sangat terkesan karena dari kalimat itu menggambarkan bahwa diri seorang dokter bukanlah dewa tapi perantara Tuhan dengan seseorang yang sakit untuk sembuh. Ilmu yang akan menyembuhkannya, ilmu datang dari pikiran dan tangan yang akan menggerakkannya. Itu semua datang dari Allah. Jika Allah tidak berkhendak maka bisa saja dia menutup pikiran jika dia ingin menyembuhkannya dia bisa bekerja di pikiran seorang dokter. So, be humble.


Kalimat Ketiga,

"anda berkewajiban untuk memintarkan teman anda"

kita gk pernah tau, di masa yang akan datang nanti mungkin kita bisa jadi dokter paling hebat tp jika kita sakit atau keluarga sakit apa pasti kita yang akan menolong? gk kan.

Siapa yang tau kalo suatu saat nanti orang tua kita dirawat oleh teman kita, atau istri kita harus melahirkan dan yang membantu persalinannya adalah teman kita, atau saat anak kita sakit di suatu daerah ketika kita berpergian dan dokter anak yang ada disana ternyata teman kuliah kita dulu, atau kita kecelakaan dan teman kitalah yang sedang jaga di IGD.

Jika ternyata teman kuliah kita yang paling bodoh yang akan menolong orang tua kita, apa kita mau? Jika istri kita akan ditolong teman, yang kita tau dia bodoh kali waktu blok repro, menolong persalinan kala 1 2 3 4 gk pande, bisa bisa anak terancam atau istri PPH. Jika ternyata dokter yang ada di tempat itu cuman si A, sedangkan kita tau si A ini waktu blok GDS suka main-main, kuliah gk pernah datang tutorial pun datang setor muka aja. Jika ternyata dokter IGD itu adalah kawan kita yang sembrono, asal, lambat pula kerjanya, entah gimana nasib nyawa kita.

Sempet tadi pagi gue iseng-iseng nanya sama seorang kawan

A: ehh si 'itu' (kawan yg terkenal gk pernah masuk kuliah, kerjaan hura-hura aja, dan sombong) mau jadi sp.OG loh. kalo misalnya kau mau melahirkan mau kau ma dia?

B: ishhh mending aku sama dukun beranak daripada sama dia. entah kek mana nasib aku kalo sama dia.

lucu sebenarnya tanggapan dari si kawan ini. Dia lebih milih sama dukun beranak sankin dia gk yakinnya sama si kawan satu lagi. hahaha

itu semua karena kita tau waktu kuliah dia seperti apa. Bagaimana kalo seorang bukan teman sejawat yang akan berobat yang gk tau riwayat anda selama kuliah? apa itu nasib dia mendapat dokter begajulan ataupun bodoh? memang terkadang tidak adil, gue suka merasa dokter itu harus sempurna. Dokter mesti pintar, dokter mesti tau semua, dokter gk boleh salah bikin keputusan, dokter gk boleh salah sedikitpun.

Dulu gue pernah bilang sama dosen kewarganegaraan saat presentasi tentang mal praktek "dokter juga manusia yang bisa salah" dan si dosen menentang keras pendapat itu. Dan saat ini gue sadar kalo dokter gk boleh salah karena yang dia kerjakan berhubungan dengan nyawa orang.

Jadi wahai teman-teman jangan pernah pelit ilmu, buatlah temanmu lebih pintar darimu. Dan kau teman, buatlah dirimu pantas untuk mengobati orang, teman sejawat ataupun keluarga teman sejawatmu.


Kalimat Keempat

"dokter dibayar untuk membuat pilihan"

seorang dokter di bayar untuk membuat pilihan, pilihan untuk pasiennya. Anda dibayar untuk diagnosa, apa anda harus menelepon kawan yang lain untuk menentuka diagnosa? jadi biasakanlah diri anda untuk menentukan pilihan dengan tepat.


Kalimat Kelima

"being a doctor is a long life learning"


ilmu yang diajarkan ama dosen gue sekrang mungkin 5 tahun lagi menurut penelitian ternyata gk efektif lagi ataupun ada penemuan-penemuan lainnya. Kalo kita gk memperbaruhi maka pasien kembali yang kena imbasnya.


yaaa itu lah beberapa kalimat yang mau gue share. Mohon maap kalo ada perbedaan pendapat mengenai masalah ini, tapi ini pure apa yang ada dipikiran gue saat ini..
Minggu, 09 Oktober 2011

Lagu Gelombang-Khalil Gibran


Lagi belajar gangguan haid mendadak keinget sebuah puisi di novel yang udah lama banget gue baca. Gue lupa nama novelnya, tp gue cuman inget di kalimat itu ada 'haruskah ku menari'. Search di google dengan keyword 'novel teenlit pertama' ketemu dealova bla bla bla sampai ada tulisan 'Fairish'

aaaaa ini dia judul novel yg dari dulu gue mikir apa namanya karena suka ama puisi dia di akhir cerita. Search lagi dengan keyword 'puisi di novel fairish haruskah ku menari' dan

violaaaaa.....

ketemuuuu lallalalalal.

ini nih puisi yg gue maksud

Lagu Gelombang

Aku telah bernyanyi untukmu
Tapi kau tidak juga menari
Aku telah menangis di depanmu
Tapi kau tidak juga mengerti
Haruskah aku menangis sambil bernyanyi

[khalilgibran]

Haruskah seluruh nilai terabaikan
Agar kau bisa menari dan mengerti
Atau haruskah cerita itu terulang
Agar aku bisa menangis dan bernyanyi

……………………..

Haruskah tarianku lebih vulgar
Agar kau bisa memahami
Atau haruskah aku berteriak
Agar kembali menjadi manusia tak tau diri

……………………..

Haruskah aku berdiam diri
Agar tarianku tersembunyikan
Ataukah harus aku berontak
Agar kau bisa melihat tarianku

……………………..

Haruskah aku memaksa
Agar kau merasa terdesak
Ataukah harus aku mematung
Agar kau tak merasa tersudut

……………………..

Haruskah aku menghilang
Agar kau tak merasakan beban
Ataukah harus aku pergi
Agar kau tak perlu mengilangkan diri

……………………..

Haruskah aku …


Harusnya aku menyadari
Kau tak butuh nyanyian dan tangisan
Harusnya aku pahami
Kau tak ingin diberi nyanyian dan tangis
Harusnya aku mengerti
Kau tak ingin menari atau mengerti

……………………..

Harusnya aku …


Harus aku kembalikan kesadaran
Bahwa aku tak bisa untuk tidak
Bernyanyi dan menari
Harus aku tak kembalikan kesadaran
Bahwa aku tak bisa untuk tidak
Meluapkan nyanyian dan tangisan

……………………..

Harus …


Harusnya arus ini mengalir
Namun ia tak peduli
Pusarannya terlalu kuat
Melingkar-lingkar di dalam buntu
Menjambak harga dari sebuah nilai

……………………..




Sebenernya yang paling gue suka bagian ini

Aku telah bernyanyi untukmu
Tapi kau tidak juga menari
Aku telah menangis di depanmu
Tapi kau tidak juga mengerti
Haruskah aku menangis sambil bernyanyi

Senin, 03 Oktober 2011

Green Light


I want to know what the meaning of this

I wanted to stay but you do not make me sure for that choice but I idon't have the other

few days to figure out what the meaning of the sentence. I know you are the most know that phrase meant. but I do not have the courage to ask.

Live Traffic Feed

Mengenai Saya

Foto saya
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPN VJ) 2009 dan sekarang menjadi mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) 2010. seorang pemimpi yang sedang berusaha mewujudkan semua impiannya.

My Followers