Jumat, 23 September 2016

Pagi Akan Segera Datang, InsyaAllah


Ketika cahaya matahari memudar dan langit berlahan-lahan menjadi gelap

Cahaya rembulan pun tak cukup untuk menyinari kegelapan dari perginya matahari

Tak ada cara lain selain berusaha mencari cahaya untuk menerangi

Tapi apa yang terjadi

Gelap terasa semakin gelap

Terlebih awan hitam menutupi langit saat ini

Tak sampai disitu saja, awan hitam membawa tangisan yang kurasa bencana tapi bisa jadi rejeki

Gelap ini melelahkan
Gelap ini menjemukan
Gelap ini menakutkan seakan tak berujung
Ingin gelap ini berakhir

Namun
Tak jua kunjung datang sang mentari

Malam

Kita menyebut ini malam

Tapi taukah
Gelap tak pernah gelap
Rembulan, kunang-kunang dan petir sekalipun akan menemani

Walaupun malam, pasti akan tetap ada cahaya

ALLAH ciptakan malam dan siang
ALLAH janjikan kemudahan dalam setiap kesulitan

Seperti saat ini

Saat ini terasa seperti malam yang tak berujung

Namun percayalah akan janji ALLAH
InsyaAllah akan datang pagi itu

Malam ini akan berujung kawan
Percayalah mentari segera datang
Dan sinar pagi akan memecah kegelapan ini
Kita pun akan bersuka cita dengan datangnya pagi

***
Teruntuk sahabat-sahabat kami yang menantikan pagi nya datang.
Kami kan selalu ada dalam gelap dan terang, dalam siang dan malam.
Pagi akan segera datang, InsyaAllah

Sabtu, 17 September 2016

Kisah Di Lampu Merah


Cerita yang mau gue share ke kalian mungkin udah hal umum yang sering kita liat sehari-hari. Seringlah kita setiap berenti di lampu merah bakal dihampiri sama tukang jual koran. Biasa banget kan. Kalo anak-anak yang jual pun udah biasa juga. Dan pastinya banyak dari kita yang sering tidak memperdulikan mereka ya kecuali kita emang mau beli korannya, termasuk gue. Lebih lebih lagi, gue adalah tipikal bukan pembaca koran lebih ke pembaca socmed dan penonton berita gosip hha.

Jadi suatu pagi di perjalanan menuju RS Adam Malik Medan, di salah satu dari beberapa lampu merah yang gue lewatin banyak penjual koran, dari anak muda sampai ibu-ibu ataupun bapak-bapak. Seperti yang gue bilang tadi, kalo gue bukan pembaca koran jd ya gue apatis aja, tapi entah berbeda dengan hari itu. Mobil alias si Bebi BRZ di dekatin sama anak kecil yang gue rasa umurnya seumuran ponakan gue yang kedua, si Imad, sekitar 4 atau 5 tahun. Anak kecil itu ngingetin gue sama si Imad.

Terus lo beli ai korannya?
Enggak pada saat itu

Saat itu gue diam aja sambil menunjukkan isyarat dengan tangan ke dia kalo gue gk beli. Setelah itu dia ke trotoar dan sambil dengan gaya anak kecil yang masih suka main-main dia natap roda mobil, mungkin sambil membayangkan roda itu sebagai mainannya dan memainkan tangannya seolah-olah dia memutar roda mobil. Disitu gue miris ngeliatnya, ya gue akui karena gue kayak membayangkan Imad jualan koran. Di sekitar dia ada ibu-ibu paruh baya, gue menduga itu ibu dia.

Setelah kejadian itu gue mikir balik apalah arti uang seribu buat gue yang mungkin karena strata dalam uang kertas dia paling kecil, jadi dipandang sebelah mata ataupun diabaikan kecuali saat-saat tertentu. Dan gue teringat perkataan

"Carilah selalu alasan untuk membeli dagangan pedagang asongan ataupun penjual koran. Karena mereka bukan meminta, mereka sedang berusaha jadi dukung usaha mereka"

Yaa karena gue melalui jalanan yang sama buat ke RS setiap hari. Gue pasti bakal ketemu sama penjual-penjual koran di tiap lampu merah. Takdir mempertemukan gue kembali sama anak itu. Anak yang membuat gue berpikir banyak sekaligus bersyukur dengan nikmat yang diberikan Allah.

Anak itu kembali berjalan membawa tumpukan koran di tangannya yang kecil dan menghampiri mobil gue. Tidak seperti dulu gue memberikan sinyal tidak membeli dengan tangan, kali ini gue buka kaca dan membeli koran anak itu. Pada saat itu gue memberikan uang selembar lima ribuan sementara harga koran itu satunya seribu.
Anak itu mengambil uang gue dan memberikan satu koran. Pada saat itu ada ibu nya juga disitu. Ibunya melihat anaknya berhasil menjajakan koran langsung berlari ke arah mobil gue dan melihat uang berapa yang diberikan pada anak itu dan tergopoh-gopoh mencari kembalian. Spontan pada saat itu gue tersenyum sambil ketawa kecil (bayangin aja sendiri gimana itu ya hahah) sambil bilang sama ibunya udah bu gpp dan langsung jalan karena lampu udah hijau.

Yang bikin gue ketawa adalah keluguan dan kepolosan anak itu. Dia bahkan belum tau berapa nominal uang dan cara berhitung. Yang dia tau tumpukan koran itu harus dijual. Dijual itu artinya korannya diambil orang dan orang memberikan dia lembaran kertas yang disebut uang. Uang itu yang dipakai ibunya buat menghidupi mereka.

Miris...

Saat Imad ataupun anak-anak lain seusianya masih tertidur dalam pelukan ibu nya atau berselimutkan selimut yang lembut untuk menghangatkan dari dinginnya AC, dia harus berangkat subuh-subuh ikut ibunya mengambil koran dan merasakan dinginnya pagi.

Ketika yang lain sedang sarapan sambil menonton Upin Ipin ataupun bermain mobil-mobilan, dia mungkin masih menahan lapar sambil menonton kemacetan lalu lintas di pagi hari karena jam-jam orang berangkat adalah waktu yang ramai untuk berjualan.

Saat seusianya bermain dirumah ataupun disekolah belajar dan bermain bersama teman-teman, dia bertemankan debu, panas matahari dan asap kendaraan bermotor sampai siang ataupun sore.

Saat anak-anak lain merengek pada orang tua nya untuk membelikan gadget buat main games, mungkin dia hanya bisa merengek pada ibu nya untuk menyudahi berjualan yang dia tau itu tidak mungkin.

Anak-anak lain bermimpi jadi dokter, insinyur, artis, tentara, polisi, guru, pengusaha dll, dia hanya berharap bisa makan, tidur enak dan berhenti jualan setiap hari.

Beberapa anak yang beruntung hidup nyaman tapi malas untuk ke sekolah, tapi bagi dia 'sekolah' adalah kata yang susah, susah dibayangkan.

Cerita diatas gue dapat dari tumpukan draft di blog, tulisan sekitar awal tahun 2015. Gue baru baca tulisan ini lagi tadi dan jadi ingat buat melanjutkan.

Kita gk harus membuat gebrakan besar, bayarin uang sekolah, ngadain galang dana, bikin LSM yang bergerak dibidang itu atau hal-hal lainnya karena itu sulit kalo memulainya sendirian (kalo bisa dilakuin lebih mantap lagi!).

Tapi kita bisa membuat gerakan kecil dan simple namun yaa cukup mendukung mereka, sesederhana membeli jualan mereka dan melebihkan seikhlasnya.

Harta yang sejati bukan nominal di bank ataupun tumpukan emas yang kita simpan, harta sejati harta kita di akhirat bukan di dunia.

Where Should I Go?


Terlalu lama bahkan kelewat keterlaluan untuk sebuah hiatus. Antara lupa cara memulai atau memilih melupakan blog ini.

Berbulan sampe berganti tahun tulisan disini gk diupdate dari masih jadi anak koas sampe udah bergelar Dokter (Dokter belum bersurat izin praktek).
Alhamdulillah

Banyak cerita yang rencana, yaaa masih rencana bahkan masih seputaran di kepala yang mau ditulis. Gk mau PHP kayak kemarin-kemarin bilang bakal update bakal update yang taunya tahun ganti dulu baru update dan gk dipenuhi pula tuh janjinya. Hha.

Jadi kenapa ai tiba-tiba buka blog lagi dan mulai nulis? padahal di awal tadi lu bilang udah males nulis lah udah mau say goodbye bahkan.

Mmm, apa semua pertanyaan harus ada jawaban. Tsaahhhh.
Gini-gini pernah gk sih kalian tuh mau cerita mau nulis cerita ataupun ide di kepala kalian? Kalo lagi hot hot nya pengen di share aja kan bawaannya. Nahh gue lagi ngerasain itu. Kalo gue share di Line dikira curhat, di instagram sok sok pasang foto yang gk berhubungan ama captionnya dibilang norak, bikin cerita panjang di path dikira gue alay nanti, jadilah gue buka si blog 'Reminder' ini.

Jadi ini yang mau gue ceritain...

Berawal dari ke-random-an kemarin malam. Mungkin hari yang semakin dekat ke masa-masa internship namun gue gk kunjung mendapatkan ketetapan mau dimana atau apa yang mau gue cari dari internship ini, jadi bikin gue speak up dan mulai mencoba berpikir serius tentang itu.

Ohh iya, internship ini adalah tahapan selanjutnya buat para lulusan dokter yang baru lulus kek gue buat dapetin izin praktek, yaa sederhananya gitulah. Internship ini bakal dijalanin 1 tahun dan ditempatkan di wahana wahana yang udah disediakan. Nantilah yaa penjelasan lebih jelas tentang internship.

Jadi milih internship ini menggalaukan buat gue. Buat orang lain juga sih gue rasa. Cuman masalahnya gue belum bisa menetapkan mau gue kemana, apakah balik ke tempat yang sedekat mungkin ama rumah di Jakarta atau di sekitaran Medan atau mencoba pulau lain.

Dulu jaman koas kalo ditanya pasti jawabnya sedekat mungkin ama Jakarta pengen dekat sama orang tua. Pengen menikmati waktu-waktu bersama orang tua gue. Itu tertanam di pikiran gue. Sebisa mungkin mau dekat biar bisa jaga dan nemenin Papa sama Mama. Anak Papa Mama yang masih stay di rumah masih ada sih Abang gue yang ketiga, tapi ya pada akhirnya dia bakal pindah juga kan. Makanya gue pengen sebisa mungkin dapet tempat internship yang dekat ke rumah yang bisa Pulang Pergi tiap hari ataupun seminggu sekali balik lah kalo gk.

Terus gue cerita-cerita ama temen gue, Kak Ivo. Doi dapet di daerah padang. Tempat dia agak pedalaman jadi dia bilang happy banget bisa merasakan suasana desa adem sejuk dan kata kata lainnya yang bikin gue mupeng hha. Dan dia bilang " Kakak juga mikirin orang tua kakak yang makin tua. Tapi kakak mikir kapan lagi bisa merantau menjelajahi daerah-daerah yang belum pernah kita datangi sebelum menikah. Kalo udah menikah manada cerita. Lagian ini cuman setahun kok"
Agak-agak terciprat bensin nih semangat menjelajah yang sempat dikubur. Jadi pengen ke Sulawesi, Sumbawa, Lombok, pokoknya daerah timur karena terhasut cerita senior senior tentang wisatanya. Atau malah jadi pengen ke daerah-daerah jawa yaa keknya dekat kan ke jakarta tapi suasana beda.
Ditambah pas cerita sama Mama dan jawabannya "iyaa gpp kalo gk dapet dekat rumah, Ai di Medan atau di sumatera atau di jawa, cuman setahun kok. Ai kan udah lewatin 6 tahun. Sikit lagi sampe ai balik ke jakarta. Tapi janganlah jauh jauh kali, cari yang gampang akses dan ada saudara".

Memang bukan kalimat persetujuan langsung 'pergilah kemanapun' dan jauh dilubuk hati terdalam pasti maunya dekat ya kan tapi gue jadi semakin terbuka berpikir pilihan-pilihan lainnya.

Di Medan sendiri ada pertimbangan khusus. Alhamdulillah disini ada rejeki ngajar. Makanya beberapa bulan setelah kelulusan gue masih wara wiri Medan-Jakarta dan secara gue udah 6 tahun di Medan pasti udah nyaman lah. Temen-temen sejawat, TBM kesayangan, disini juga sodara gue rame jadi wajar juga nyokap prefer gue di Medan daripada di tempat lain yang gk ada kenalan atau sodara.

Tapi hati masih meragu
Masih ingin menjelajah
Masih pengen nyoba hal hal baru
Nyoba lingkungan baru
Beranjak dari comfort zone
Menambah kenalan dan teman teman baru

Kalo gue cerita sama senior senior pasti dibilang, "Tetapkan dulu ai prioritas yang kau cari buat internship apa? Wisata? Pengalaman? Belajar? Duit? Santai? Dekat rumah? Yaa pikirkanlah"

Kayaknya gampang kan menetapkan itu, tapi buat gue memilih gitu mengurutkan prioritas itu SUSAH & GALAU. Kalo yang udah kenal gue tau banget jangan pernah suruh si ai milih. Pada akhirnya MPE gue akan berusaha menggabaikannya dan memilih pura pura tidak memikirkannya. Well...

Sampai kemaren malam gue tiba-tiba membahas sama temen gue secara random. Gue yang mulai cerita kegalauan gue dan sebenarnya gk berharap jawaban. Tapi malam itu gue mulai menemukan pilihan prioritas apa yang gue cari di internship ini.

Ada perkataan temen gue yang nyangkut di otak.
"Permintaan Mama mu kan udah jelas, itu mau Mama mu loh dan gk ada ruginya kau ikutin. Kalo gk dapat ya berarti bukan jalanmu kalo dapat yaa nikmatin aja. Apapun yang kau dapat nanti nikmatin aja"

Pas dirumah gk sengaja nemu foto quote .

"Beautiful things happen when yo do something you Love"

Gue kirim quote itu sama temen gue tadi tanpa kata-kata tambahan atau penjelasan lainnya. Gak berapa lama dia balik kirim foto isinya Al-Quran Surah Al-Baqarah Ayat 216.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, boleh jadi (pula) kamu  menyukai sesuatu padahal ia amat buruk buatmu"
(Q.S. Al-Baqarah:216)

Yang intinya
"Sesuatu yang kau anggap baik belum tentu baik disisi Allah"

Belum sempat gue bales dia langsung bilang, " SKAK MAT! karena aku tau tujuan dan maksudmu kirim gambar quote  itu makanya aku kirim gambar yang ini. Apa yang kau terima nanti ya nikmati aja. Apa yang diminta orang tua mu ya coba aja mungkin memang itu jalannnya"

Hanya Allah yang tau kemana kaki gue bakal melangkah nantinya. Ilmu Allah tiada batasan, ilmu manusia yang pendek, Allah jauhhh melihat kedepan sementara manusia hanya melihat yang di depan mata.

Kisah ini belum menemui ending ceritanya memang. Ending kemana akhirnya gue internship tapi sedikit banyak gue mulai bisa melihat lebih terbuka, terbuka bukan pada keinginan diri gue semata serta meneguhkan hati dan mempercayai bahwa Rencana Allah yang paling indah.
InsyaAllah

Live Traffic Feed

Mengenai Saya

Foto saya
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPN VJ) 2009 dan sekarang menjadi mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) 2010. seorang pemimpi yang sedang berusaha mewujudkan semua impiannya.

My Followers